Bhisama Berkaitan Dengan Burung Titiran, Puwuh dan Jawa Jali

Sebuah Bhisama, nampak selalu didahului oleh satu peristiwa, atau kejadian penting yang mendorongnya. Suatu ketika, pada saat Ida  Dalem Tarukan dalam pengungsian tingal di padukuhan Pantunan (Tampuagan), Beliau dicari / diselidiki oleh pasukan kerajaan dari samprangan. Karna ketakutan, Ida Dalem Tarukan berusaha menyembunyikan diri berjongkok di bawah pepohonan rimbun, Jawa Jali (Godem), oleh orang-orang yang mencarinya. Keadaan terasa aman, ketika di atas pohon Jawa Jali itu bertengger dan bersuara empat ekor burung Titiran , ada yang mematuk-matuk buah Jawa jali, juga terdengar suara burung puwuh di bawah pohon yang rimbun itu. Melihat burung bertengger, dan mendengar burung suaranya itu, para penyelidik berpikir bahwa disana tidak ada orang yang bersembunyi.
"Paserepe mepajar, jalan lenen laku yen Ida ditu di jawane, ngude ditu titirane ngetengkung, muah puwuh makuwuk ma munyiditu, yen Ida ditu tan purun paksine maswara."
Maka tempat itu pun di tinggalkan oleh pasukan dari samprangan, melanjutkan perjalananpencarian mereka, Disana Ida Dalem merasa terlindung dan selamat dari penyerangan pasukan samprangan. Karena itu, Ida Dalem Tarukan kemudian mengucapkan sumpah, bhisana (renteh pangandika) untuk para keturunannya, yang diresapkan sampai sekarang.
"Nah ibe paksi titran, paksi puwuh, muah jawa jali dene jati iba makrana kai idup, nah jani saenyah enyah aku apang sing dadi amaksa iba. Samangkana Ida sawud pangandikan ring I paksi titiran, muah ring I puwuh jawa jali."
"Mangke sasantanane ingsun tan amagana wahning jawa jali mwang jali, makadi paksi titiran mwang paksi puwuh lumbha kateka tekeng dlahaning dlaha"

Dengan bhisama,piteket Ida Dalem tarukan itu, sampai kini para  sentana Ida D alem Tarukan merasa patut memperhatikannya, dan karenanya tidak suka, atau tabu untuk memakan daging burung Titiran, Puyuh, dan buah Jawa Jali.Memakan daging burung Titiran,Puyuh,di pandang melanggar bhsama Ida dalem.