Masih ingat, bahwa Ida Dalem Tarukan saat pergi meninggalkan puri
Tarukan, juga meninggalkan seorang istri yang sedang hamil tua. Setelah
cukup usia kandungannya, lahirlah seorang bayi laki-laki, dan di
upacarai sebagaimana mestinya oleh ibunya. ketika putra berumur tiga
bulan(ada yang menulis satu bulan tujuh hari), disebut bahwa ibunya
pulang ke sorga( menghilang ? ), karena itu memang keturunan bidadari
dari sorga. Anak itu lalu di rawat oleh keluarga putri yang disana.
Suatu ketika menangis terus dan tidak dapat di tenangkan oleh sang
pengemban. Karena merasa tidak tahan, tidak bisa meredakan tangis sang
anak, sang pengemban pun meninggalkan anak itu begitu saja di tempat
tidur sendirian.Akan tetapi tidak disangka, kemudian datanglah seekor
kijangputih ketempat si bayi itu, dan langsung tidur dismpingnya, dan
anak pun asyik menyusui pada kijang itu.Dengan begitu, bayi tidak
menangis lagi. Setelah puas, kijang itu pergi entah kemana, Demikian
kijang putih selalu datang setiap anak memerlukan susu, Setelah anak
berumur enam bulan, kijang pun tidah pernah datang lagi. namun anak
dapat tumbuh dengan baik, dan menunjukan ciri-ciriyang unik.Rupanya
tampan, baunya harum, sehinga anak itu diberi nama Idewa Gde
Sekar(awalnya benama I Dewa Gde Alit). Atas kejadian dengan kijang
tersebut diatas, muncullah pesan (Bhisama) agar seketurunan Ide dalem
Tarukan tidak memakan daging kijang putih dan apabila melanggar agar
tidak mendapatkan kesehatan dalam hidupnya.Rupanya cerita itu bersumber
dari, atau mengingat peristiwa leluhur Ida danghiang kepakisan yang
putranya d iemban oleh kijang Taman Sari- Majapahit . dalam babad
ditulis,
"Waluyakna kata muwah winuwusan sang kari ring puri Tarukan, rabinira sira dalem Tarukan
kang tininggal nguni apan sira sdhdang garbhini, wusing lek hatmu
hatutur tang rare ri jri garbbha dibya, samayanira mijila, tandwa hembas
tang rare, hiningu hinupakara denikang pawonganira sahupakaraning
ksatryapangaskaranira, I wkasan wahu mayusa tigang lek ikang rare,
suksma tan pahamngan ibunira, apan sira widadhari nis tresna sira, kari
tang rare hanembaning pawongan, ewa idhepe kang pawongan pangemban, apan
tang rare tan hana hanuson, anangis tang rare kasatan, tan kawnang
tungkulang, dadi pwa ya hanon harina sweta, humrum ri pamramanino rare,
dadi mneng wusan menangis, ri wusing masusu hilang tan kidang, kari
sari-sari pwa ya samangkana, sanungil kasatan tang rare, dhatang tang
kidang petak hika, macecepi tang rare, wusing masusu muwah hilang tang
kidang, brayan. Samangkana katkan tang rare mayusa tmu banyu nmang
lek......”
“Dening saika titanen putrane embas ring
samprangan, dawege kantun rare wahu tan hana mayusa acandra pitung
wengi, ibune moktah tan ana masusuin kang atmaja. Kajaring kawi wawu ida
kasatan, makayun tirtaneng susu cet rauh senggeh petak, masusun kang
atmaja. Wus waneh macecepan amuli ical kidang ika. Satunggil ganti
macecepan cet rauh kidang petak masusuin kang atmaja....Pangandika Ida
Sri Haji, depang ya keto, ya bibinnya asiluman kidang petak, kalinngania
dadari sakeng gunung lempuyang. Samangkana kajaring kawi nguni. Karana
pretisentanane tan ana amaksa iwaking kidang, tumut tekaning mangke,
asing ngelingin tereh nindihang kawangsaan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar